Dalam sebuah acara seminar pendidikan yang digelar di Gedung Sate, Bandung, pada hari Senin, 15 Juli 2024, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyampaikan pidato yang menggugah hati para hadirin. Beliau menekankan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pembentukan karakter siswa. Menurutnya, siswa tidak hanya harus bermoral, tetapi juga memiliki etika dan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan dalam kehidupan bermasyarakat. “Pendidikan karakter adalah fondasi utama dalam membangun generasi muda yang berkualitas,” tegas Dedi Mulyadi di hadapan ratusan guru dan kepala sekolah yang hadir.
Pernyataan ini muncul di tengah maraknya kasus kenakalan remaja yang melibatkan siswa sekolah, seperti tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan tindakan kriminal lainnya. Data dari Kepolisian Daerah Jawa Barat menunjukkan bahwa selama tahun 2023, tercatat lebih dari 500 kasus kenakalan remaja yang melibatkan pelajar. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah, yang kemudian mendorong adanya program-program pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Dedi Mulyadi menambahkan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam membentuk karakter siswa. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga menjadi teladan bagi siswa dalam berperilaku dan bersikap. “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, mereka memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik generasi muda yang harus bermoral dan berakhlak mulia,” ujarnya. Beliau juga mengajak para orang tua untuk turut serta dalam mendidik anak-anak mereka di rumah. “Pendidikan karakter tidak hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab kita semua,” tambahnya.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah meluncurkan program “Jabar Masagi” yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Program ini mencakup berbagai kegiatan, seperti pelatihan guru, pembentukan kelompok belajar karakter, dan penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang mengembangkan nilai-nilai positif. Program ini juga bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat untuk memberikan contoh dan bimbingan moral kepada siswa.
Dalam sebuah wawancara setelah acara tersebut, Dedi Mulyadi menjelaskan bahwa pendidikan karakter tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. “Ini adalah proses panjang yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi,” katanya. Beliau berharap bahwa dengan adanya program-program pendidikan karakter, siswa-siswa di Jawa Barat dapat tumbuh menjadi generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga harus bermoral dan berintegritas. “Kita ingin menciptakan generasi yang tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki hati nurani yang baik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Dedi Mulyadi juga menekankan pentingnya pendidikan agama dan budaya dalam membentuk karakter siswa. Menurutnya, agama dan budaya memiliki nilai-nilai luhur yang dapat menjadi pedoman dalam kehidupan. “Kita harus bermoral dan melestarikan budaya kita, agama dan budaya adalah bagian penting dari identitas kita,” ujarnya. Beliau mengajak para siswa untuk mempelajari dan menghargai budaya daerah mereka, serta menjalankan ajaran agama dengan baik.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, diharapkan siswa-siswa di Jawa Barat dapat tumbuh menjadi generasi muda yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan masa depan. Dedi Mulyadi yakin bahwa dengan pendidikan karakter yang kuat, Indonesia dapat memiliki generasi penerus yang harus bermoral dan mampu membawa bangsa ini menuju kemajuan.