Indonesia memiliki beragam senjata tradisional yang menyimpan cerita dan kearifan lokal, salah satunya adalah Piso Surit. Berasal dari Sumatera Utara, khususnya dari suku Batak Karo, Piso Surit bukan sekadar senjata tradisional melainkan juga memiliki nilai budaya dan filosofis yang mendalam. Bentuknya yang khas, menyerupai paruh burung enggang, menjadikannya senjata tradisional yang unik dan mudah dikenali. Dahulu, Piso Surit digunakan sebagai alat sehari-hari, berburu, hingga sebagai senjata tradisional dalam pertempuran.
Secara harfiah, “Piso Surit” dalam bahasa Karo berarti “pisau surit” atau “pisau pengukir”. Nama ini mengisyaratkan salah satu fungsi awal senjata ini sebagai alat untuk mengukir kayu atau bambu. Namun, seiring waktu, Piso Surit juga berevolusi menjadi senjata yang digunakan untuk melindungi diri atau berburu hewan kecil. Bentuk bilahnya yang melengkung dan tajam sangat efektif untuk memotong atau menusuk.
Ciri khas utama Piso Surit adalah bentuk bilahnya yang melengkung ke atas menyerupai paruh burung enggang. Hulu (pegangan) Piso Surit biasanya terbuat dari kayu keras yang diukir dengan motif-motif tradisional Karo, seperti kepala hewan atau ornamen geometris. Sarung (kumpang) Piso Surit umumnya terbuat dari kayu dan seringkali dihiasi dengan ukiran yang senada dengan hulunya. Ukuran Piso Surit bervariasi, namun umumnya memiliki panjang antara 20 hingga 30 sentimeter, sehingga mudah dibawa dan diselipkan di pinggang.
Dalam konteks senjata tradisional, Piso Surit memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat Karo. Selain sebagai alat sehari-hari dan berburu, Piso Surit juga menjadi bagian dari upacara adat tertentu. Konon, Piso Surit juga memiliki nilai magis dan dianggap dapat melindungi pemiliknya dari roh jahat atau bahaya. Keahlian dalam membuat dan menggunakan Piso Surit secara tradisional diwariskan turun-temurun di kalangan masyarakat Karo.
Upaya pelestarian dan pengenalan Piso Surit sebagai senjata tradisional terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, museum, dan komunitas budaya Karo. Melalui pameran, festival budaya, dan dokumentasi sejarah, diharapkan senjata tradisional ini tetap dikenal dan dihargai oleh generasi muda. Piso Surit bukan hanya sekadar artefak masa lalu, tetapi juga merupakan simbol identitas budaya yang kaya dan patut dibanggakan.